JSON Variables

Header Ads

Rumah Naomi, Rumah Negeri Dongeng Tempat Kamu Berfoto Ria

Sabtu sore merupakan waktu yang padat bagiku. Mungkin belum pernah ku singgung sebelumnya, tapi aku menjadi seorang pengajar di English Club yang ada di Pondok Pesantren Darul Hijrah Puteri. Namun Sabtu kemarin berbeda dari Sabtu sebelumnya. Aku berencana untuk menginap di pondok karena besok pagi akan ada satu pertemuan dengan pengrus klub, untuk menyusun dan membuat prosem dan prota Club. Oke, daripada repot bolak-balik ke pondok yang jarak perjalanannya memakan waktu satu jam itu, kami putuskan untuk menginap saja.

Jam empat sore berangkat, jam lima sore sampai di klub. Tapi ternyata, setelah kami menunggu selama setengah jam lebih, tidak ada satu pun murid yang datang! Usut punya usut, kami tahu pasti apa alasannya: malam Minggu itu akan diadakan Panggung Gembira alias PG di pondok ini. Semua murid sibuk, dan mungkin mengira semua kegiatan ekskul otomatis diliburkan. Well, tapi entah mengapa kami tidak begitu masalah karena hari ini libur (haha). Setelah menunggu lebih dari setengah jam, aku dan temanku, Azmi, memutuskan bahwa klub memang diliburkan saja. Menjelang jam enam, Azmi tiba-tiba mengajakku jalan. Ku kira dia mengajakku makan, aku sih oke aza.

Azmi mengeluarkan smartphone nya, memintaku untuk memegangkan. Ku lihat layar, ternyata itu petunjuk GPS jalan. Wow, jujur aja, seumur hidup itulah saat pertamaku memakai layanan GPS, jadilah aku excited banget. Wkwk. Tapi meski masih pake GPS, ada saat ketika kami masih salah jalan. Bukan salah GPS, tapi salah daku yang gak ngerti cara ngebacanya. Hag hag. Setelah muter-muter daerah loktabat, akhirnya sampailah kami ke tempat yang ingin Azmi tuju.

Eh, ternyata itu bukanlah sebuah rumah makan. Kami tiba di depan halaman sebuah rumah orang yang halamannya, waw banget! Ternyata eh ternyata, Azmi lagi hunting lokasi foto, dan sekarang kami tiba di tempat yang telah direkomendasikan oleh salah satu temannya itu. Nama tempat itu adalah Rumah Naomi. Aku sih seneng aja ngeliatnya, apalagi halamannya memang benar-benar masterpiece. Pokoknya, kalo di daerah tempat ku tinggal, baru kali ini ku lihat halaman dengan konsep ala negeri dongeng itu. Tapi sejenak kemudian ku ragu, boleh gak sih foro-foto di halaman rumah orang?

Ternyata selain kami berdua, sudah ada dua orang gadis yang udah sibuk kesana kemarin berfoto di sekeliling taman. Kami sempat ngobrol sejenak, dan mereka berdua bilang gak apa-apa berfoto disini, asal udah izin. Sebelum mereka, bahkan katanya ada rombongan besar yang berfoto disana, sampai masuk ke dalam rumahnya juga. Kata mereka berdua juga, isi rumahnya lebih fantastis, berasa berada di negeri dongeng gimana gitu. Aku jadi berdecak kagum dan heran sendiri. Ni beneran rumah orang ato tempat wisata, sih? XD

Dihalamannya ada dua buah mobil antik, berwarna ungu dan kuning. Ada juga sarang burung besar yang biasanya ada di halaman kerajaan gitu, atao lebih jelasnya kayak yang ada di PV Relax in the city-nya Perfume. Ada pot bunga besar berisi bunga, tapi sebenarnya bunga tersebut cuma bunga plastik, dihadapan sebuah pintu yang dihias indah bagian atasnya. Tidak ketinggalan, sebuah gerbang yang terbentuk dari dedaunan yang merambat tampak indah seakan memberi sambutan kepada siapapun yang datang kesana. Cantik pokoknya. Aku yang pertama kali datang ke tempat semacam itu cuma bisa berwaw-waw, sambil sesekali memuji kebaikan si empunnya rumah yang rela halamannya jadi lokasi foto orang-orang macam kami yang suka narsis. Gkgk.

Tanpa membuang waktu, Azmi segera mengajakku untuk foto-foto (beberapa menit lagi maghrib soalnya). Aku yang awalnya cuma niat memfotokan juga ikut nebeng foto. Haha. Kesempatan. Aku kan tidak punya ponsel dengan fasilitas kamera prima, jadinya cukup seneng bisa mendapat kesempatan untuk difoto. Dibawah adalah beberapa screenshoot fotoku yang diambil. Jangan pandang akunya, eya, lihat pemandangannya aja. Haghag.




Berhubung maghrib hampir segera tiba, kami sadar diri tidak berlama-lama berada di tempat itu. Setelah mengambil sekitar sepuluh foto, kami memutuskan untuk berhenti. Setelahnya, baru deh Azmi benar-benar mengajakku cari makan. Aku kembali nurut (ane kan cuma nebeng motor dia). Tapi lagi-lagi dia memberiku kejutan. Bukannya cari makan di rumah makan pinggiran jalan, Azmi malah mengajakku pergi ke Qmall.

Ahaha. Kalo masalah Qmall sih, ini bukan pertama kalinya aku pergi ke sana. Kakakku sudah sering mengajakku pergi, dalam rangka cuma buat beli roti. Wkwk. Tak ku sangka, Azmi yang mengajakku pergi ke Qmall itu ternyata tidak tau jalan sama sekali. Jadilah aku yang bertindak sebagai petunjuk jalan, memberinya arahan belok ke mana, masuk mana, parkir ke mana dan sebagainya. Dalam hati aku bersyukur sendiri kakakku sering mengajakku ke sana. Coba kalo aku juga tidak pernah pergi, bisa kebingungan bedua kami.

Tujuan Azmi ke Qmall bukan cuma buat cari makan, tapi juga sekalian shalat maghrib. Ini pertama kalinya aku masuk ke prayer room di mall ini. Saat membuka pintu yang terhubung dengan ruang shalat, kami langsung disambut oleh sebuah tangga lebar dengan karpet merah di atasnya, menuntun kami tepat langsung ke ruang shalat. Naik tangga itu berasa jadi seorang artis Hollywood dah. Gkgk. Sayangnya aku tidak sempat masuk ke ruang shalatnya, cuma bisa menunggu di bagian depan karena aku memang gak shalat, jadi tak bisa memberi komentar tenang gimana suasana ruangan itu. Nantilah kapan-kapan kalo ada kesempatan.

Meski begitu, saat ku melihat ada begitu banyak orang yang hilir mudik ke tempat ini untuk shalat, baik para pengunjung maupun pekerja di mall, aku jadi senang hati. Yeah, setidaknya di kota yang sudah mulai dirasuki unsur modernisasi ini orang-orangnya masih ingat dengan panggilan shalat. Yosh, moga berkah, Qmall!

Selesai shalat, baru deh kami bener-bener makan. Kami makan nasi goreng di Seventeen (ato apa namanya, lupa). Nasinya standar, berasa ada udang ebinya. Kalo boleh disuruh milih, aku lebih suka nasi goreng yang dijual di kampusku. Gkgk. Satu pelajaran yang ku dapat: merk datang besar tidak menjamin nikmatnya hidangan.

Kami keliling mall sebentar. Masuk matahari, beli roti, baru balik ke pondok. Uwah. Walau ini bukan pertama kalinya aku merasakan suasana jalanan malam di Banjarbaru, entah aku begitu menikmati pemandangan lampu-lampu jalanan yang ada.

Tentu saja, petualangan kami tidak berakhir sampai disini. Sesampai di pondok, hiburan sesungguhnya tengah siap menunggu kami: Panggung Gembira!

Post a Comment

0 Comments