JSON Variables

Header Ads

Mimpi Shalat

Mimpi shalat. Kedengarannya keren, ya? Apakah kalian pernah mimpi shalat? Aku sendiri pernah, bahkan sering. Well, tapi lebih tepatnya mungkin mimpi kepengen shalat.

Biasanya dalam mimpi tersebut, aku tiba-tiba teringat kalau aku belum shalat, karenanya aku pun memutuskan untuk shalat. Tapi anehnya, pasti selalu saja ada tantangan dan kendala saat ku ingin melakukan shalat. Ada saat ketika ku lagi shalat, tiba-tiba ada yang manggil-manggil namaku sehingga shalatku batal. Ada juga saat ketika ku kepengen shalat tapi gak nemu-nemu air buat wudhu. Jujur saja, hal itu membuatku amat kesal, kesal dalam mimpi, dan tak jarang membuatku menangis, bahkan menangis di dunia nyata sekalipun.

Ya, dan saat aku terbangun, aku baru tersadar kalau aku memang benar-benar belum shalat. Biasanya mimpi semacam ini ku alami sewaktu ku tengah tidur siang dan belum shalat zuhur. Mungkin aku tidur sekitar jam dua belas, waktu adzan zuhur belum berkumandang, dan bangun jam dua siang lewat. Yah, saat ku kesal setengah mati karena shalatku di dalam mimpi di ganggu terus, alam bawah sadar memaksaku bangun untuk melaksanakan shalat yang sebenar-benarnya shalat. Ehe.

Jujur, aku tak tahu apa arti mimpi itu. Walau di satu sisi aku merasa kesal karena gak pernah shalat ‘beneran’ di dalam mimpi, aku juga merasa beruntung karena mimpi itu seperti semacam teguran bahwa aku memang belum shalat. Contoh lain misalnya, kalian pasti pernah mimpi kencing, kan? Tapi meski masih kencing, tetep aja rasanya pengen kencing n kencing lagi. Waktu bangun, baru sadar kalo kalian benar-benar kebelet pipis. Haha. Kalau mimpi semacam ini pasti kalian sering mengalaminya, kan?

Harus ku akui, aku bukanlah tipe orang yang alim-alim amat. Ilmu agamaku standar, amalanku standar. Namun karena memang sudah didikan dari kecil, shalat bagiku bagaikan makan nasi. Bukan kewajiban, tapi kebutuhan. Meski ada saat ketika ku malas shalat, sebagaimana ku malas makan, tapi pada akhirnya tetap dikerjakan juga walau ‘ala kadarnya’. Astaghfirullah (pengakuan jujur >_<).

Aku tidar seperti ayah dan ibu, yang amalan shalatnya sudah mumpuni. Herannya adalah, tak tahu mengapa, ku rasa kualitas shalatku lebih baik saat ku berada di kost ketimbang berada di rumah. Kalo di kost, aku tahan aja selesai shalat duduk seperempat jam buat baca wirid. Tapi kalo udah di rumah, ya ampun bawaannya pengen tidur melulu. Haha. Mungkin karena kalau berada di kost aku kadang merasa was-was, sementara saat berada di rumah aku merasa tentram karena dekat dengan orang tua. Ku rasa itulah yang disebut baitii jannatii. Hag hag

Suatu hari, ibuku pernah berkata padaku. “Ibu tidak sepertimu yang kuat untuk puasa berhari-hari. Ibu akui itu, dan ibu bangga padamu.” Ah, kalau mengingat hal itu rasanya aku pengen menangis. Aku memang kuat puasa tapi karena itu masih ada motif tersembunyinya. Aku pengen menghemat uang, aku pengen kurusan, karenanya aku puasa. Benar-benar belum ikhlas, kan? Sementara ibu dan ayah, tetap bisa bangun malam untuk shalat tahajjud. Aku juga sebenarnya suka bangun malam buat sahur, tapi masih belum tergelitik hati untuk tahajjud. Nande darou? :(

Yeah, kalau masalah keihklasan, sepertinya amalan shalat lebih mudah meluruskan niatnya ketimbang puasa dan sedekah. Shalat sunat yang masih rajin ku kerjakan rasaya cuma shalat sunah sebelum shubuh, klo sesudah manghrib jarang-jarang aja. Ugh, padahal di dinding udah ditempel tuh macam-macam shalat sunah mu’akkad, tapi tetep aja yang dikerjakan baru beberapa. Malu! Moga bisa menjadi lebih baik, Amin.

Well, pada awalnya ane mau menceritakan tentang mimpi shalat, malah menjalar ke masalah yang lain. Ahaha. Tak apa. I can write down whatever what I want, can’t I? Deshou? ^_^

Post a Comment

0 Comments