JSON Variables

Header Ads

Tamu Tak Terduga

Pagi yang cerah untuk memulai kehidupan di Banjarmasin.

Pagi ini aku bisa bangun lebih telat dari biasanya. Kalo sebelum-sebelumnya ku terbiasa bangun jam dua atau tiga pagi, pagi ini ku bangun jam enam. Cuci, mandi, dan langsung berangkat ke PSB. Ehehe.. Apa lagi yang ku lakukan kalo bukan cari bahan buat blog. Berhubung sekarang aku ada di Banjar, aku bisa ngenet gratis di PSB. Meskipun begitu, aku kepikiran satu hal. Rencananya aku hari ini mau ngenet dua kali: pagi buat bahan blog hari ini, dan sore buat bahan blog esok hari. Setelah pikir-pikir, akhirnya ku putuskan untuk minta password wifi id dari teman Anisa. Nyahaha. Gak papa lah, hari ini special.

Sayangnya tak tahu mengapa, wifi di PSB rada error dan aku gak bisa log in. Pusing sejenak sambil ngelihat sosok orang asing masuk ke kantor PPB, akhirnya ku putuskan untuk pergi ke gedung LICU. Uwih, internetnya super kenceng disana. Aku bisa ngenet puas dan dapet bahan lumayan banyak. Sayangnya tiba-tiba saja jaringan internet terputus sehingga ku putuskan untuk ngenet di perpustakaan lantai tiga. Yeah, meski gak cepat-cepat amat, tapi setidaknya disana ku kan ngenet bukan pake wifi id, tapi pake jaringan perpus. Tak apa lah.

Pulang ke rumah, update blog, makan, tidur, jam dua aku bangun. Siang ini aku ada kelas PPL, middle pula. Aku dapat giliran maju yang pertama, itu membuatku gugup dan melakukan banyak kesalahan. Mana suasana teman-teman pada ngantuk semua lagi. Shikatanakatta na. Haha.

Di tengah-tengah proses PPL, bisa ku rasakan di luar banyak orang yang hilir mudik di depan ruang kelas. Bu Raidha juga terlihat beberapa kali keluar masuk. Ku kemudian tersadar, keributan itu dibuat karena adanya seorang Bule yang tengah datang ke kampus kami, terutama untuk jurusan TBI. Uwah, langsung excited jadinya. Setelah dibujuk-bujuk dan di rayu-rayu, akhirnya Bu Raidha bersedia meminta bule untuk mampir ke kelas kami sejenak dan melihat proses pembelajaran kami. Najmi yang biasanya gagah jadi kelihatan super gugup. Haha. Setelah Najmi selesai mengajar, sang Bule akhirnya maju ke depan dan mengucapkan ucapan terima kasih karena telah boleh berhadir ke kelas itu.

Tak mau menyia-nyiakan kesempatan, aku pun mulai menanyakan bermacam hal sebelum bule itu kabur. Wkwk. Beliau berasal dari Amerika, dan sekarang sedang berkunjung ke 16 kampus yang ada di Indonesia, termasuk kampus kami. Beliau juga bilang kalo beliau seorang guru. Pada satu kesepatan beliau bertanya apakah kami ingin menjadi guru, dan tiba-tiba saja suasana kelas menjadi hening dan tak ada yang menjawab. Beliau langsung ketawa ngakak (asli ngakak!) ngeliat ekspresi dan gaya kami yang speechless begitu. Beliau lalu memberi saran bahwa kalo mau jadi guru yang penting itu adalah senantiasa mendengar dan melihat apa yang dibutuhkan siswa. Keren juga idenya. Terakhir, dan tentu saja yang paling penting, kami berfoto bersama. Nyohoho... Sayang file fotonya gak ada di aku. Nanti kalo dapet tak upload lah ke blog. XD

Sebelum beliau benar-benar berpamitan, ku tanyakan satu pertanyaan paling penting, siapa nama beliau. Nama beliau adalah Jessie, dan bangganya beliau juga balik bertanya siapa namaku. Ku jawab namaku Uswah. Beliau mengejanya sambil manggut-manggut. Wow, ureshikatta yo! ^o^

Ini adalah pengalaman keduaku ngobrol langsung dengan bule. Sebelumnya ada bule cewek, juga dari Amerika, lupa siapa namanya, dia memberi seminar pendek pada salah satu acara yang diikuti oleh peserta terbatas. Kebetulan aku dan Apri ditunjuk untuk menemani beliau di dalam perjalanan sehingga kami satu mobil dan disitulah kami banyak bicara. Kala itu kami tak sempat berfoto bersama, tapi tak masalah karena pengalaman itu masih hidup di memoriku hingga sekarang. 

Well, bagi sebagian orang, yang namanya bertemu bule itu mungkin bukan perkara besar. Tapi bagiku yang udik ini (udik yang senyata-nyatanya), pengalaman ketemu orang asing adalah saat yang mengesankan meski aku tak harus selalu mengabadikannya dalam bentuk foto. Bertemu bule Amerika terlebih lagi, karena disinilah aku bisa melatih kemampuan berbahasaku. Dan anehnya, saat bicara dengan mereka aku tidak gugup sama sekali, sunggu berbeda dengan saat aku bicara dengan teman sekelas. Mungkin karena di dalam otakku tertanam ide bahwa bila aku bicara dengan bule, yang ia perhatikan adalah apa pesan dari pembicaraanku, sedangkan bila ku bicara dengan teman, biasanya yang lebih mereka perhatikan adalah grammar dari struktur kalimat yang aku ucapkan. Nyahaha. Lucu juga yak.

Selain turis America, di kampus kami juga ada tiga Mahasiswi dari Turki, dua di antaranya berada di jurusan bahasa Inggris. Aku pernah satu kelas dengan salah seorang di antara mereka. Yang lucu adalah, saat kami mencoba untuk pedekate dengan beliau dan bicara dengan gaya sok-sok an English, eh dianya malah bilang, “Bicara pake Bahasa Indonesia saja. Saya kurang mengerti Bahasa Inggris.” Gubrak! Dan kenyataannya emang begitu. Saat dosen kami juga sok sokan ngomong Bahasa Inggris ke dia, kami bilangin aja kalo saat ngomong ke dia pake Bahasa Indonesia saja. Haha, dunia ini memang aneh.

Kapan-kapan, aku mau dong ketemu turis orang Jepang. Siapa tahu di Martapura ada turis Jepang yang nyasar entah kemana, dan ane bisa jadi guide buat nunjukin jalan. Nyaha. Moga beneran kesampaian dah. ^_^

Post a Comment

0 Comments