JSON Variables

Header Ads

Jalan-Jalan Sendirian, Dame desu ka?

Hari ini aku melewatkan setengah hariku dengan jalan-jalan: ke dealer, ke museum, ke pasar dan ke taman kota. Aku beremu dengan banyak orang dan mengalami hal yang beragam pula. Hanya satu yang sama dalam semua perjalanan itu: aku melakukannya sendirian.

Sebelumnya sudah disinggung bahwa saat aku berkunjung ke museum, Pak Satpam yang baik hati bertanya apakah aku Cuma sendirian. Ku jawab saja 'seramah' mungkin bahwa aku memang mau sendirian. Sebenarnya, ada beberapa orang lagi yang menanyai hal itu. Petugas yang menunjukkan letak museum kepadaku juga bertanya, apa aku Cuma datang sendiri. Ku jawab pula sesopannya bahwa aku datang sendiri dengan niat beruzlah. Namun ada hal yang lebih parah dari itu. Saat Pak Satpam membantuku mengambil foto, beliau menyruhku untuk duduk-duduk di taman, siapa tahu bisa ketemu jodohnya. Yassalam, sejak kapan museum jadi tempat dimana lo bisa ketemu sama soulmate mu?

Perasaanku benar-benar berkecamuk kala itu. Pengen marah, ada. Malu, juga ada. Tapi yang paling menonjol adalah perasaan heran. Apakah ada yang aneh dengan melihat seseorang yang pengen jalan-jalan sendirian saja? Apakah saat pergi jalan-jalan maka minimal harus terdiri dari dua orang? Peraturan Daerah macam apa itu?
Hitori demo hitori janai tte oshiete kureta....
Ah, aku tidak tahu apakah aku yang berpikiran terlalu luas, atau malah aku yang tidak mengerti hukum dunia ini. Selama ini aku sering melihat film dan drama dari luar negeri, tak ada yang aneh bila melihat seseorang jalan-jalan sendirian saja ke taman, ke museum atau ku aquarium sekalipun. Itu hal pribadi setiap orang yang tak bisa diganggu gugat, kan?

Tapi sepertinya, aku juga tidak bisa marah tidak jelas secara sepihak. Sudah menjadi karakter dasar urang Banjar, atu mungkin secara umum orang Indonesia, yang namanya suka berbasa-basi itu. In other words, KEPO. Kita suka menanyakan hal-hal tidak penting yang sebenarnya kita juga gak kepengen beneran tau, Cuma menambah bahan pembicaraan saja. "Mau pergi ke mana, Dek?" "Mau pulang, Dek?" itu pertanyaan dasar yang sangat sering kita dengar. "Kok sendirian aja, Dek? Pacarnya mana?" sekarang pertanyaan itu juga mulai sering ku dengar. Bukannya perhatian, Cuma ingin menghilangkan rasa penasaran sementara aja. Pulang ke rumah, tuh orang yang nanya mungkin gak ingat lagi pernah menanyakan pertanyaan menohok itu kepada seseorang. Sementara yang ditanya, malah sakit hati gak jelas karena nasib ngenesnya bisa dibaca dengan jelas oleh orang lain. Nyahaha

Well, kalau aku sendiri, bila itu aku yang dulu, sebenarnya pertanyaanmacam itu akan ku anggap angin lalu saja. Namun karena beberapa hari yang lalu aku sudah memutuskan untuk berubah, maka pertanyaan seperti itu bukan lagi suatu pertanyaan biasa, namun merupakan sebuah singgungan agar aku bisa memikirkan lebih dalam tentang masa depan. Well, setidaknya aku sekarang sadar bahwa sudah tiba saatnya untukku mencari pasaangan dan tidak lagi bersikap masa bodoh. Tapi juga gak desperate amat kali. Gak mau juga kan mencarinya yang sembarangan. Karena kalo memang sekedar Cuma pengen punya pacar, nongkrong aja sehari semalaman di taman Murzani, besok juga udah nemu pacar namun asal usulnya gak jelas. Wkwk. Intinya, aku mau mencari pendamping hidup yang baik, dan itu tidak bisa dilakukan semudah menbalikkan telapak tangan, bukan?

"Mada, mada, kore kara, nanto ka ganbatte miru yo..." Mengutip kata-kata di lirik lagu Arashi, aku juga akan tetap berusaha yang terbaik, karena semuanya, baru saja dimulai. :)

Post a Comment

0 Comments