Pelajaran pertama yang kami dapatkan hari ini di kelas adalah mengenai Purel alias Public Relation. Setelah sebelmnya minggu kemarin kami disajikan sebuah video tentang anak yang berbakti kepada ayah angkatnya, kami disuruh untuk menyimpulkan apa isi video tersebut. Berhubung kami sudah lupa-lupa ingat, jadi kami menjawab seadanya saja dan itu membuat Pak Lang kurang puas. Selanjutnya untuk melatih daya nalar kami, kami kemudian disajikan beberapa tema pembahasan dan kami diminta untuk memberikan pendapat tentang tema tersebut. Ada tema tentang menteri dengan kewarganegaraan ganda, full school day sampe kasus Mirna pula. Aku memberikan opiniku tentang full day school dimana aku menyatakan tidak setuju. Pada akhirnya, Pak Lang tidak memuji satu pun opini kami, namun tidak juga menyalahkan karena yang namanya opini itu, tidak ada yang benar maupun yang salah.
Kami dihadapakan pada lima pernyataan lagi, dan diminta untuk menetukan manakah yang opini di antara lima pernyataan berikut:
1. 1 + 1 = 3
2. Setiap manusia akan mati
3. Murid-murid admin semuanya orang baik
4. Setiap benda pasti jatuh ke bawah
5. Air laut berwarna biru
Dengan mantap, aku menjawab bahwa yang merupakan opini adalah pernyataan 1, 3 dan 5. Apakah kalian juga sependapat?
Ternyata menurut Pak Lang, ada satu diantara jawabanku yang salah. Pernyataan nomor satu bukanlah opini. Aku pun bingung. Loh kok bisa? Kalo itu bukan opini, apakah itu artinya pernyataan itu merupakan fakta? Fakta dari mana? Bukannya satu ditambah satu sama dengan dua?
Ternyata perkiraanku juga masih salah. Itu bukan opini, namun bukan pula fakta. Itu Cuma sebuah pernyataan yang salah, dan tidak bisa dikategorikan sebagai fakta maupun opini. Pernyataan itu bukan fakta, karena pada kenyataannya 1 + 1 =2. pernyataan itu juga bukan opini, karena opini adala sebuah pernyataan yang masih bisa diperdebatkan. Sedangkan untuk pernyataan nomor satu tersebut, tidak bisa diperdebatkan sama sekali karena sudah terlihat jelas kesalahannya. Begitu penjelasan Pak Lang.
Hmm, sebenarnya aku masih belum begitu puas dengan penjelasan beliau, tapi juga tidak bisa mendebatnya. Jadi kita terima saja 'opini' beliau. Ehe
Selanjutnya, Pak Lang memberikan pernyataan yang lebih menantang lagi. Begini bunyinya:
Adakah yang tidak ada?
Kalau ada, apa alasannya dan kalau tidak ada, apa pula alasannya?
Ya ampun, pertanyaan tasawuf macam apa itu? Kami semua pada bengong, Pak Lang Cuma senyum-senyum tanpa memerikan banyak petunjuk dan meminta kami untuk menelaah soal tersebut sebisa mungkin. La dan Mi tampak ikut memasang tampang bingung, sambil melihat-lihat ke arahku seakan meminta syafaat (ehe). Aku sebenarnya sudah bisa menebak kemana kira-kira arah jawaban pertanyaan tersebut, tapi bingung juga bagaimana mesti menjabarkannya. Aku jadi teringat pernyataan tempo dulu yang sering ku ucapkan, "Salam lima huruf," dan "Di tengah-tengah pasar ada es." hmm, mungkinkah ke situ penjelasannya?
Mi menjawab seadanya karena ia memang sedang flu dan tidak ingin berpikir lama-lama. Den dan La masih tampak bingung mesti menulis apa, dan sibuk berpikir. Aku sendiri mencoba untuk segera menuliskan jawabanku ke kertas yang disediakan mumpung masih ingat. La menengok jawaban yang ku tulis dan terkaget-kaget melihat jawabanku yang lumayan panjang. Haha. Padahal sebenarnya gak begitu panjang juga. Aku kan Cuma nulis ulang soalnya.
Setelah selesai, segera ku kumpulakn. Pak Lang mengambil kertas berisi jawabanku dan membacanya dengan seksama. Aku tidak begitu berani melihat ekspresi beliau karena takut kecewa. Aku melihat-lihat ke teman-teman yang tampak sudah mulai memutuskan jawaban dan maju ke depan untuk mengumpulkan kertas. Akhirnya, setelah semua orang telah selesai mengerjakannya, Pak Lang pun memberikan penjelasan atas jawaban pertanyaan tersebut.
Pak Lang bilang bahwa ia tak akan menyalahkan jawaban kami karena jawaban kami berupa opini, tak ada yang benar maupun yang salah. Beliau Cuma ingin melihat seberapa dalam opini kami dan apakah kami bisa memberikan alasan yang logis untuk mempertahankan jawaban yang kami ajukan. Aku setuju.
Tiba giliran Pak Lang yang memberikan jawaban atas pertanyaan tersebut. Menurut beliau ,ajwaban atas pertanyaan itu dua-duanya benar. Adakah yang tidak ada? Beliau jawab, ada. Karena pada nyatanya, sesuatu yang ada itu adalah segala hal yang bisa dirasakanoleh panca indera dan perasaan. Angin, Tuhan, kita itdak bisa melihatnya, tapi kita meyakini keberadaannya.
Adakah yang tidak ada? Jawaban yang kedua, beliau jawab tidak ada. Kenapa tidak ada? Ya karena emang tidak ada. Contohnya? Ya tidak ada. Gubrak!
Kelas kami geger tertawa setelah mendengar penjelasan beliau dan mulai memahaminya. Mereka manggut-manggut karena merasa bodoh dan sudah berpikir terlalu melebar. Aku sendiri Cuma senyum-senyum saat mendengar penjelasan beliau. "Ja elah, itu kan jawaban gue!" ^o^
Haha, pertanyaan yang benar-benar membuat kita berpikir berbeda. Jadi ingat sebuah pertanyaan yang sering ayah komentarkan pada kami sewaktu kecil. Bila mengingatnya sekarang, masih suka senyum-senyum sendiri:
Diucapkan beda, ditulis beda, dibaca juga beda. Apakah itu?
Salam.
0 Comments