Kemarin pergi ke perpustakaan, iseng masuk ke corner buku-buku terbitan orang Banjar. Akhirnya pilihanku jatuh pada buku berjudul Cerita Datu-Datu Terkenal Kalimantan Selatan karangan Fahrurraji Asmuni. Yang membuatku tertarik dengan buku ini, sebenarnya adalah gambar Datu Kelampaian yang ada di cover. Ya, pada dasarnya, aku kepengen membaca buku berisi biografi beliau. Tapi berhubung buku spesifik semacam itu masih tidak ada, maka ku coba untuk meminjam dan membaca buku itu.
Sebagaimana judulnya, buku ini berisi kisah 34 Datu Terkenal di Kalimantan Selatan. Meski judulnya Datu Terkenal, pada dasarnya hanya ada beberapa nama Datu yang ku kenal di buku ini. Selebihnya aku tidak begitu kenal, karena memang ku akui ada banyak kuburan keramat yang tersebar luas di Kalimantan Selatan, menunjukkan ada banyak Datu di masing-masing daerahnya.
Pada awalnya, ku pikir cerita di buku ini akan berkisah tentang Datu-Datu Islam saja. Tapi ternyata, ada juga beberapa kisah Datu yang hidup di era sebelum Islam memasuki daerah kalimantan, namun tetap dikenal sebagai orang sakti atau ditakuti. Intinya, tiap Datu itu mempunya keistimewaan, kekuatan khusus yang tidak dimiliki orang biasa, sehingga beliau menjadi orang yang dihormati dan setelah meninggal pun, menjadi orang yang dikeramatkan.
Kalau boleh jujur, Datu yang paling terkenal dengan ilmu keramatnya yang luar biasa adalah Datu Sanggul dari Rantau. Beliau orang yang memiliki keramah luar biasa, hingga setiap Jumat beliau bisa shalat di Masjidil Haram dengan mudahnya. Di tempat ini pula, beliau akhirnya bertemu dengan Datu Kelampaian atau Syekh Muhammad Arsyad Al-Banjari. Kala itu Datu Kelampain tengah berhaji, dan beliau bertemu dengan Datu Sanggul. Maka Datu Sanggul ceritakan bahwa ia sebenarnya datang ke Mekkah dengan keramat beliau sehingga bisa datang dalam waktu yang sangat cepat. Untuk meminta bukti, Datu Kelampaian pun meminta Datu Sanggul memetikkan buah yang sedang musim di Kalimantan. Kala itu, yang sedang musim adalah buah Durian. Maka Datu Sanggul pun memetikkan buah Durian yang ada di taman kerajaan, hingga gegerlah pihak kerajaan atas hilangnya buah durian di taman. Wallahu A’lam.
Aku sendiri, kenapa lebih tertarik kepada Datu Kelampaian, karena aku berasal dari daerah makam beliau, Ast alias Astambul. Meski beliau lahir di Lok Gabang dan wafat di Dalam Pagar, namun akhirnya beliau dimakamkan di Kelampaian, salah satu desa di Kecamatan Astambul. Aku sering berziarah ke makam beliau, dan termasuk orang yang cukup mengagumi cerita-cerita beliau. Kebetulan beliau hidup di zaman penjajahan Belanda, sehingga beliau juga turut andil bagian dalam perjuangan kemerdekaan Indonesia.
Yang membuat nama Datu Kelampaian menjadi begitu besar adalah karena sebuah kitab yang dikarang beliau, berjudul Sabilal Muhtadin. Kitab Fiqih ini bahkan tersiar luas ke seluruh Asia Tenggara karena kandungannya yang begitu bagus. Sekarang, judul kitab beliau juga dijadikan salah satu nama mesjid besar di Banjarmasin, Mesjid Sabilal Muhtadin.
Ah, ku harap ku bisa membaca lebih banyak tentang Datu Kelampaian di buku ini, sayang biografi beliau cuma diceritakan dalam empat halaman. >_<
Oke, selanjutnya bicara lebih jauh tentang buku Cerita Datu ini. Berhubung buku ini terbitan Penerbit lokal, sehingga masih banyak ditemui kesalahan pengetikan dalam penulisannya. Bagiku hal itu sungguh disayangkan, karena hal tersebut mengurangi keelokan buku tersebut. Kemudian, kisah para Datu tidak digali begitu dalam, hanya sepenggal-sepenggal saja, bahkan ada pula yang cuma mengisahkan satu bagian kejadian dalam kehidupan salah satu Datu. Padahal sebagai pembaca, aku ingin tahu lebih jauh tentang tokoh-tokoh tua tersebut. Pasti akan ada banyak pelajaran yang bisa kita petik, semakin kita mengenal tentang siapa leluhur kita. Iya, kan?
Harapanku sih, semoga kelak bisa ketemu buku berisi biografi Datu Kelampaian. Aku pengen membaca, dan belajar lebih banyak dari kehidupan beliau. Insya Allah.
0 Comments