JSON Variables

Header Ads

Laskar Pelagi, Novel Fenomenal yang Penuh Bahasa Oryza Sativa

Laskar Pelangi, novel fenomenal Indonesia, yang sudah beredar lebih dari 130 negara dan diterjemahkan ke dalam 34 bahasa, serta telah difilmkan juga, baru sekarang ku menamatkannya! Bayangkan, tak terhitung betapa sering ke mendengar judul novel ini, mengetahui popularitasnya, melihat selintas filmnya, tapi tak pernah terbersit sedikit pun niatku untuk membacanya. Hag hag, betapa pemalasnya diriku di masa lalu.

Baru kemarin, aku menamatkan buku ini, setelah membacanya selama beberapa hari di sekolah. Itu pun awal niat membaca buku ini karena tidak sengaja. Harusnya minggu kemarin aku membaca bukunya Tere Liye. Berhubung aku tidak ingin bilang minta bawakan pada Anisa, jadilah aku mesti keliling perpustakaan untuk mencari buku bacaan. Lihat-lihat buku novel, pandanganku terarah ke buku ini. Daripada coba-coba baca buku yang dikarang oleh penulis yang belum bernama, ku putuskan saja untuk meminjam buku ini. Sungguh, tidak ada niatan menggebu sama sekali untuk membaca buku ini pada awalnya. Haha

Meski begitu, setelah berhasil menamatkan buku ini, aku akhirnya mengerti apa pesonanya. Hmm, kayaknya udah gak perlu ku kasih tahu ringkasan ceritanya, ya? Hampir semua orang sudah tahu, baik bagi yang sudah membaca atau menonton filmnya. Intinya sih, laskar pelangi adalah kisah persahabatan sepuluh anak yang petualangan mereka bermula saat mereka sama-sama masuk ke sekolah SD Muhammadiyah. Ada si Ikal, Lintang, Sahara, Mahar, A Kiong, dan lain sebagainya lah. Oke, ku putuskan untuk tidak menuliskan ringkasannya. Aku ingin menulis beberapa bagian dari buku ini yang menarik, serta kesan yang ku miliki setelah menamatkan buku ini.

Pada dasarnya, buku ini semacam buku sejarah kehidupan. Tiap bab kadang berisi cerita yang tidak ada hubungannya dengan bab sebelumnya. Saat awal-awal membaca, keningku bahkan berkerut saat membaca kalimat dalam bab-bab yang penuh dengan pendeskrisian belaka. Hampir sepuluh bab, isinya deskripsi semua. Tentang sekolah, tentang teman-teman, tentang keadaan desa mereka, tentang PN Timah, dan semacamnya. Dan kala membaca itu semua, aku masih belum mengerti dimana pesona buku ini.

Tapi saat ku membaca tentang Lintang, tentang kecerdasan dan kejeniusannya yang luar biasa, aku mulai merasa bahwa ini buku yang menarik. Pendeskripsian di awal tentang keadaan geografi tempat mereka berada memang tidak begitu banyak menarik perhatianku, namun bagian yang mendeskripsikan Lintang sampai kedetail-detailnya, sungguh apik dan enak dibaca. Bagian paling menarik, tentu saja saat ia ikut lomba cerdas cermat. Membacanya membuatku menahan nafas, sambil membayangkan suasana lomba yang penuh intensitas. Saat ia bisa berdebat dengan apik melawan bapak Drs yang namanya sudah ku lupa itu, rasanya aku ingin bertepuk tangan. Adegan yang benar-benar menggugah.

Cerita tentang Mahar, dengan jiwa seninya yang rada-rada nyeleneh juga asyik disimak. Aku yang awalnya mengidolakan Lintang, berubah menjadi pengagum Mahar. Haha. Ane kan anak seni. Cerita saat ada parade sekolah dimana Mahar bertindak sebagai sutradara koreografi tarian mereka, lengkap dengan rencana busuknya yang membuat teman-temannya kegatalan, benar-benar membuatku tertawa dan salut. Dia sungguh jenius, jenius yang hanya orang-orang tertentu memahaminya.

Dan tetu saja, bagian yang paling sering membuatku tertawa adalah kisah cinta si tokoh utama, Ikal, dengan gadis keturunan Tionghoa bernama A Ling. Membaca pendeskripsian pertemuan pertama mereka, saat mereka saling menatap dan jarum jam seakan berhenti, benar-benar apik sekali, seakan aku tengah menyaksikan adegan drama Korea yang memperoleh penghargaan sebagai drama Korea Teromantis. Hag hag. Cinta lima tahun yang mereka pupuk, hanya lewat perantara sekotak batu kapur dan surat menyurat, lucu sekali membayangkannya. Bahkan saat akhirnya mereka berdua harus berpisah, tetap saja membuatku merasa itu bukanlah sebuah kisah cinta yang sia-sia. Huhu.. sebagai seoranga penulis (-penulisan), sungguh kepengen diriku bisa menulis kisah cinta semanis pendeskripsian yang dibuat Andrea.

Cerita Mahar dengan Flo juga tak kalah serunya. Petualangan mereka untuk bertemu Tuk Bayan Tula membuatku sering terkikik-kikik membayangkan Mahar yang dengan rasa hormat tiada banding ‘menuhankan’ si Datuk. Untuk pada akhirnya, saat Tuk Bayan Tula memberinya pesan untuk belajar, si Mahar beneran menurut dan bisa kembali ke jalan yang benar bersama teman segengnya, Societeit.

Meski begitu, ada juga bagian dalam buku ini yang membuat hatiku terasa ditusuk, yaitu nasib Lintang yang akhirnya putus sekolah. Ah, sungguh disayangkan kisah si jenius ini. Tapi aku juga tak mau komentar banyak, karena aku belum membaca novel kelanjutannya. Mungkin di buku lain, akan dikisahkan bagaimana kelanjutan kisah dan perjalanan hidupnya. Lebih baik, kah? Semoga begitu.

Oke, secara keseluruhan, aku akui buku ini memang sangat bagus dan penuh makna. Benar-benar tidak rugi membacanya, dan aku akui teknik penulisan Andrea Hirata benar-benar mumpuni. Di setiap bab pasti ada aja bahasa ilmiah atau bahasa-bahasa lainnya yang tidak ku mengerti disisipkan, membuat novel ini terasa semakin berkelas saja. Di bagian akhir, ada Glosarium yang mencapai dua puluh lembar, menunjukkan bahwa sang penulis tidak sembarangan mengutip bahasa ilmiah dan istilah lainnya, tapi juga mengerti maknanya.

Ada hal lain yang ingin ku soroti tentang novel ini. Pertama adalah, tema buku. Seperti ku bilang, novel ini kayak semacam novel sejarah hidup. Sehingga kalau ada yang mengajukan sebuah pertanyaan, apa sih inti dari novel Laskar Pelangi, sebenarnya itu pertanyaan yang agak sulit di jawab. Jawaban gampangnya mungkin, buku tentang pertualangan hidup anggota Laskar Pelangi. Titik. Bila ditanya lagi apa inti permasalah utama dalam buku ini, jawabannya juga rada susah dijawab. Hmm, mungkin intinya ya itu, bagaimana anggota Laskar Pelangi menjalani hidupnya satu persatu, mengejar mimpi bersama dinaungi kata persahabatan. Haha, susah ya menjelaskannya. Sungguh berbeda seperti novel-novel Indonesia kebanyakan yang bisa langsung kita sebutkan apa intinya. Misal, novel Negeri Para Bedebah, tentang kebangkrutan Bang Semesta, Novel Negeri di Ujung tanduk, tentang politik calon presiden, dan semacamnya. Tapi memang kan jenis novel Laskar Pelangi sendiri berbeda. Di novel ini, kalau ku bilang format ceritanya tidak semacam gunung berupa klimaks cerita. Ada bermacam klimaks di buku ini, yang kelihatannya terpisah-pisah dan tidak sambung menyambung satu sama lain, tapi dihubungkan dengan manisnya oleh sebuah frasa penting berupa: Laskar Pelangi.

Karenanya, setelah membaca novel ini, aku jadi bingung sendiri gimana sih sebenarnya format filmnya. Sori, aku juga belum nonton film ini soalnya. Haha. Intinya adalah, bahkan dalam satu film kan biasanya ada satu konflik utama, yang menjadi pokok persoalan kisah, lalu bagaimana dengan movie Laskar Pelangi sendiri, ada gunung puncak masalahnya, kan?

Well, tapi kemudian semua itu tidak jadi masalah. Yeah, anggap saja aku tengah membaca sebuah manga Jepang dengan genre Slice of Life sebagai salah satu tipenya. Ya, bisa dibilang kalau Laskar Pelangi ini genrenya rada Slice of Life itu, menampilkan kisah kehidupan sehari-hari member Laskar Pelangi. Kalau untuk istilah Slice of Life sendiri, tak ada yang aneh dalam hal itu. Hanya memang, aku keseringan mendapatkan format itu di dalam bentuk manga, bukan novel, jadi berasa baru aja. Well, walaupun novelku sendiri juga sebenarnya formatnya Slice of Life. Wkwk (Baru nyadar).

By the way, aku tahu kalau cerita ini sendiri ditulis berdasarkan kisah masa kecil dari pengarangnya sendiri, Andrea Hirata. Ada beberapa tokoh yang memang merupakan tokoh nyata, seperti Bu Mus dan Bapak Harfan. Aku tidak tahu untuk nama-nama yang digunakan sebagai anggota Laskar Pelangi itu, nama asli kah? Lalu bagaimana dengan nasib mereka sekarang? Selain itu, sejauh mana sih unsur kejadian nyata dalam buku ini? Separuhnya kah? Semuanya kah? Atau cuma nama saja, tanpa kejadiannya? Sayangnya aku belum melakukan riset lebih jauh jadi tidak mengetahuinya. Huhu, kaciwa.

Anyway, meski akhir kisah ini rada ngegantung, tak masalah. Toh aku tahu kalau buku ini ada kelanjutannya, dan ujung kisahnya tidak terllau membuat orang begitu penasaran hingga marah melempar-lempar buku. Gkgk. Kalau ada kesempatan, akan ku baca buku kelanjutannya, Insya Allah.

Post a Comment

0 Comments