Apakah agan seorang penggemar sepak bola sejati? Apakah agan tidak pernah ketinggalan menyaksikan setiap pertandingan sepak bola? Dan tentunya, apakah agan punya seorang pemain atau sebuah klub yang diidolakan?
Well, harus ku akui, ane bukan seorang penggemar sepak bola. Ane cuma orang yang demam bolanya musiman aja. Kalo di Indonesia lagi demam bola misalnya, kayak yang kejuaraan lomba tahun 2010 lalu, ane juga ikut-ikutan ‘demen’. Tapi jujur saja, kalau pertandingan dari luar negeri, sekalipun itu sebuah klub ternama, ane tidak pernah memperhatikannya.
Meski begitu, akhir-akhir ini aku baru saja membaca sebuah buku berjudul Winning with Passion karangan Jimmy Gani & Ervin A. Priambodo. Itu merupakan sebuah buku motivasi, dan di dalamnya ada sebuah cerita menyentuh tentang pertandingan bola. Jimmy sendiri mengatakan bahwa itu adalah pertandingan ‘paling menguras emosi’ yang pernah ada adalah sejarah permainan bola. Ane jadi penasaran kan, jadi kepengen ngebaca. Dan ternyata memang, ane yang bukan penggemar sepak bola pun bisa merasakan emosi dan semangat para pemain bola yang pertandingan di pertandingan itu.
Sumber: http://annida-online.com/ |
Kejuaraan yang dimaksud adalah kejuaraan sepak bola kelas dunia yang memperebutkan gelar Liga Champions UEFA pada tahun 1999. Nah, kira-kira sudah kebayang gak pertandingan mana yang dimaksud. Untuk para ‘anak muda’ alias yang berada di generasi 2000an mungkin tidak tahu sejarah pertandingan ini (ane juga kagak tahu). Baiklah kalo begitu, akan ku ceritakan pertandingan apa yang fenomenal itu.
Pertandingan perebutan juara kala itu merupakan pertandingan antara jawara Liga Primer Inggris, Manchester United si Red Devil, melawan Bayers Munich, kampiun asal Jerman. Pertandingan ini bertempat di Stadion Camp Nou, Barcelona, Spanyol pada tanggal 26 Mei 1999. Pertandingan ini dipimpin oleh wasit legendaris Pierluigi Collina asal Italia. Katanya nih,pertandingan ini merupakan pertandingan yang sangat dramatis, penuh perjuangan, mencurahkan segenap emosi, serta harapan.
Dalam pertandingan tersebut, kedua kesebelasan ditaburi oleh bintang-bintang lapangan yang namanya sangat termashur hingga layaknya perang selebritis. Nama-nama beken seperti Ole Gunnar Solksjaer, Peter Schmeichel, Andy Cole, Ryan Giggs, Teddy Sheringham, hingga David Beckham berada di deretan pemain Manchester United. Sementara Mehmet Scholl, Oliver Khan, Alexander Zickler, Steffan Effenberg, Mario Basler, hingga Lothar Matthaus di deretan FC Hollywood, julukan Bayern Munich.
Baru enam menit pertandingan berjalan, Ronny Johnsen (bek Setan Merah) melanggar striker Bayern Munich. Charsten Jancker dan Collina pun memberikan tendangan bebas pada Bayern Munich. Dengan sangat cantik, Mario Basler melakukan eksekusi tendangan bebas yang sangat spektakuler dengan hasil yang sempurna. Bola yang ia tendang melengkung rendah tepat di pojok kiri gawang Manchester United yang dikawal Peter Schmeichel. GOL! Bayern Munich unggul 1-0.
Setelah itu, pertandingan berlangsung sangat menegangkan karena kedua tim menyuguhkan permainan dan kemampuan terbaik yang mereka miliki. Serangan yang bertubi-tubi dari tim Setan Merah dibalas dengan serangan blitzkrieg dari tim Bayern Munich, namun hingga menjelang akhir babak kedua, keadaan tetap 1-0 untuk tim Bayern Munich.
Akhirnya wasit memberikan injury time tiga menit untuk permainan tetap dilanjutkan. Dan ternyata, iniah awal kehancuran tim Bayern Munich. Sebuah keajaiban bagi Manchester United terjadi tanpa diduga!
Semuanya dimulai dari tendangan Beckham yang melayang dan segera disambut oleh Dwight Yorke. Ia pun melakukan tendangan yang keras namun digagalkan oleh Thorsten Fink. Bola dibuang keluar olehnya, namun sapuan itu tidak sempurna. Pemain sayap Manchester United, Ryan Giggs ada di sisi kanan lapangan dan langsung menembak, sayang terlalu lemah dan lambat. Belum tuntas, Sheringham, pemaian pengganti United pun segera menyapu bola dengan kaki kanan dan GOL! Keadaan berubah menjadi seri 1-1.
Waktu tinggal tersisa 2 menit! Beckham melakukan tendangan pojok. Sheringham menanduk ke bawah dan bola memantul. Solksjaer, pemain pengganti United yang baru masuk pada menit ke-81, ada menunggu tepat di sana! Ia menendang ke atas dan merobek gawang Munich. GOL! 2-1 untuk Manchester United!
Masih tersisa waktu 1 menit lagi, namun pasukan dari tim Bayern Munich tampak telah kehilangan rohnya sehingga waktu yang tersisa tidak mereka optimalkan untuk mengejar ketinggalan dari Tim Setan Merah. Mereka telah kehilangan semangat juangnya.
Dewi fortuna dengan teganya berpaling ke tim Setan Merah setelah Bayern Munich telah siap-siap melakukan pesta besar-besaran. Pada saat itu, kembang api telah mulai dinyalakan. Suporter Bayern Munich telah larut dalam suka cita kemenangan, dan trophy pun telah diletakkan di pinggir lapangan dengan pahatan yang tertulis Bayern Munich sebagai juara Liga Champion. Namun, hanya dalam waktu 2 menit, sejarah bisa berubah. Trophy ditarik lagi dari pinggir lapangan dan segera dipahat lagi dengan tulisan kurang rapi namun terlihat dengan jelas: MANCHESTER UNITED JUARA LIGA CHAMPIONS UEFA 1999!
Sumber: http://soccerlens.com/ |
Kemenangan yang sangat fenomenal, dramatis, serta menguras emosi dan air mata. Suatu pertandingan yang luar biasa dengan kejadian yang sangat jarang sekali terjadi dalam sejarah olahraga. Waktu 2 menit telah mengubah segalanya. Sejarah, harapan, mimpi, suka cita, keberuntungan dan lain sebagainya, semua dapat berubah hanya dalam 2 menit!
Sebenarnya, kedua kesebelasan telah mengeluarkan seluruh kemampuan terbaik yang mereka miliki, baik dalam menyerang maupun bertahan. Namun pertandingan ini adalah perang urat syaraf dan perang mental. Siapa yang memiliki mental juara dan bekerja dengan gigih hingga saat-saat terakhir, itulah yang menjadi pemenangnya. Hal itu ditunjukkan oleh tim Manchester United. Meskipun mereka telah tertinggal sejak menit-menit pertama, namun tanpa bosan dan letih, mereka berusaha terus menyerang dan mencari peluang untuk menyamakan keadaan. Lalu akhirnya, pada saat injury time mereka bisa mewujudkannya.
Tanda-tanda kekalahan Bayern Munich diawali ketika disamakan kedudukan oleh tim Setan Merah. Begitu gol itu terjadi, mereka seperti terkena petir di siang bolong dan kaget hingga mereka sempat mengalami kegamangan. Pada saat mereka gamang itulah, malapetaka terjadi. Dengan tendangan pemain pengganti Manchester United, Ole Gunnar Solskjaer, pupuslah harapan mereka.
Kemenangan Manchester United bukan karena keberuntungan, namun karena perjuangan mereka yang luar biasa serta mental juara yang mereka miliki. Sir Alex Ferguson, si ‘arsitek’ di belakang kesuksesan Manchester United, dengan sabar memberi instruksi agar mereka terus menyerang tanpa henti, mencari peluang, dan tidak putus asa. Selama peluit panjang belum ditiupkan, berarti peluang untuk menjadi juara masih sangat terbuka! Manchester United telah membuktikannya pada laga final Liga Champion UEFA 1999.
Apa pelajaran yang bisa kita tangkap dari pertandingan tersebut? Pertandingan itu memberi kita pelajaran bahwa selama kita memiliki sebuah misi kuat, yaitu misi menjadi seorang juara, maka pasti akan selalu ada jalan. Bahkan meski waktu yang tersisa sedikit, meski harapan itu kecil, ingatlah dengan jelas sebuah aturan umum dalam dunia sepak bola: Selama peluit panjang belum ditiupkan, berarti peluang untuk menjadi juara masih sangat terbuka. Terapkanlah prinsip tersebut dalam setiap usaha yang kita jalani setiap hari, maka tak akan ada kata ‘menyerah’ dalam kamus kita.
Ehe. Segitu aja dulu. Moga kita semua juga diberi semangat lebih dalam usaha menggapai cita-cita. Amiiin.
0 Comments