JSON Variables

Header Ads

[Review] Orthos no Inu, Saat Dewa Bertangan Setan dan Setan Bertangan Dewa Dipertemukan

Hari ini jiwa ane rasanya super ngantuk. Muka ane suram dan ada tanda hitam besar di bawah mata, bikin tampang ane yang biasa-biasa aja jadi bertambah minus (siapa bilang punya kantong mata itu keren? Semua ini gara-gara L #plak). Salah ane sendiri yang malam tadi begadang ampe jam setengah empat pagi. Rencana bangun jam setengah lima buat sahur (tau-taunya molor jadi bangun dua puluh menit sebelum imsak). Setelah shalat shubuh ane tidur, dengan niatan bangun jam setengah tujuh. Tau-taunya molor lagi jadi bangun jam tujuh pagi. Itu pun jatah tidur yang kira-kira cuma dua jam masih kurang dan menimbulkan rasa kantuk yang teramat sangat saat ane ngenet di PSB. Ada apa gerangan ane begadang? Alasan lama, nonton dorama. XD

Haha, salah juga sih mulai nonton dorama pada jam sembilan malam, jadilah jiwa penasaran ane memaksa mata untuk tetap bertahan hingga episode terakhir. Jadi, dorama apa yang ditonton? Dari judul artikelnya udah ketebak, kan? Yep, Orthros no Inu. Ini dorama lama, dan kakakku juga dulu sempat punya kasetnya. Tabi entah mengapa baru sekarang aja kepikiran buat ngenonton. Semalam kesampaian ngedonlot episodenya sampai selesai, dan malam tadi bisa mengkhatamkannya di tengah rasa kantuk yang mendera. Yeah, meski begitu, sebagai bentuk appresiasi terhadap drama ini, aku akan menulis review tentang dorama ini dan bagaimana penilaianku tentang cerita keseluruhan. Btw, hati-hati spoiler yak, ane kadang kalo ngomong (maksudnya nulis) kagak terkontrol. Ehe. Cekidot!

Sumber: Asianwiki.com
Orthros no Inu, ide cerita ini cukup menarik, tentang seseorang yang punya Tangan Dewa dan satunya punya Tangan Setan. Satu punya kekuatan menyembuhkan, satu punya kekuatan mematikan alias membunuh. Dan kerennya pula, yang punya tangan dewa karakternya rada-rada jahat gitu, dan yang punya tangan setan karakternya malah orang baik-baik. Ehehe.. Kanpeki desu. Karakter orang yang bertangan dewa bernama Ryuzaki Shinji, diperankan oleh Hideaki Takizawa (anak Johnny’s Tackey & tsubasa), sedang yang punya tangan setan adalah Aoi Ryosuke, diperankan oleh Nishikido Ryo (anak Jonny’s pula, dari Kanjani8). Sebuah pertemuan yang tak terduga membuat dua orang ini saling terhubung. Ryuzaki yang bahkan pada awalnya santai-santai aja di dalam penjara meski mendapat hukuman mati, mulai tertarik untuk menikmati kebebasan saat bertemu Aoi. Yak, saat Ryuzaki keluar penjara, disitulah konflik dimulai.

Karakter Ryuzaki itu unik. Menurutku dia bisa mempengaruhi pemikiran orang lain dengan gaya bahasanya yang cerdas. Ia bahkan bisa ‘memaksa’ Aoi menggunakan kekuatannya untuk membunuh orang lain dengan sebuah iming-iming berupa janji dan omongan manis. Waha. Awalnya ku pikir Ryuzaki itu adalah karakter yang jahat. Tapi seiring jalannya cerita, ku sadar, tidak seperti Maou, ini bukanlah cerita pertarungan antara dua karakter. Pada akhirnya Ryuzaki dan Aoi saling membutuhkan, mereka terikat dan merupakan suatu kesatuan. Karena mereka berdua adalah... Orthros no Inu (plak).

Baiklah, untuk cerita lengkapnya silahkan tonton dorama itu sampai selesai. Sekarang aku menyebutkan beberapa adegan atau hal dalam drama yang menarik perhatianku. Pertama adalah aku melihat ‘penampakan’ Hikaru di dorama ini. Wahaha. Gak nyangka ada anak Hey! Say! JUMP ikut nimbrung di dorama ini. Benar-benar monopoli Johnny’s dah. Karakternya sendiri agak nyebelin sebenarnya, karena dia memang bukan tokoh utama. Tapi setidaknya bagi penggemar Hey! Say! JUMP, kehadirannya bisa dibilang cukup menyejukkan mata (well ane bukan fanatik, tapi kalo ingat karakternya yang biasanya jahil, jadi aneh aja ngeliat dia berperan serius macam di dorama ini. Hoho).

Kemudian, aku suka karakter Ryuzaki yang kelihatannya bertindak jahat, tapi sebenarnya dia memikirkan segala sesuatu benar-benar sampai ke akar. Saat dia akan mengobati seseorang, dia berpikir apakah orang itu benar-benar perlu diobati atau tidak. Misalnya, saat dia diminta untuk mengobati Detektive Shibata dan istrinya, ia tidak bersedia dan memberikan alasan yang bagiku cukup logis. Saat di rumah sakit juga, waktu ia meminta orang lain untuk menentukan urutan tentang siapa yang mesti ia obati terlebih dahulu. Sekilas mungkin itu tindakan yang keterlaluan, tapi ku rasa itu semacam pesan bahwa janganlah terlalu bergantung pada dirinya.

Tak ku sangka pula, ternyata adegan romance yang ada di dorama ini cukup manis. Meski cuma sedikit, dan tentu saja, karena sedikit itu maka ku bilang manis. Nyaha. Yang ku maksudkan adalah hubungan Ryuzaki dan Nagiza. Meski pada akhinya gak jelas apakah mereka bersatu atau tidak, tapi kalo melihat interaksi mereka berdua, aku jadi sadar kalo Ryuzaki juga hanyalah manusia. Saat dia bilang dengan polosnya bahwa apa yang ia butuhkan adalah cinta, mungkin kesannya terdengar klise. Tapi saat ku mendengar cerita bagaimana masa kecil yang dihadapinya dan bagaimana ia terpisah dari ibu dan adiknya, ku rasa jawaban itu bukan jawaban yang keluar hanya karena iseng saja, tapi memang jawaban dari hari. Setidaknya begitulah analisiku. Nyahaha

Hmm, apa lagi yak? Oke, bicara masalah Aoi, karakternya sungguh bertolak belakang dengan Ryuzaki. Dia kalem, lurus, tapi mudah dipengaruhi juga (oleh Ryuzaki terutama). Pada awalnya dia begitu frustasi terhadap kekuatan yang dimilikinya, bahkan memutuskan untuk menyerahkan diri ke polisi waktu ia pertama kali membunuh orang. Meski begitu, pada akhirnya dia punya jalan bagaimana menggunakan kekuatannya itu dengan cara tidak menggunakannya. Ehehe.

Aku suka adegan tiap Ryuzaki dan Aoi bersama, kayaknya adem gitu dilihat. Ya jelas lah, mereka berdua kan... ‘Orthros no Inu’. Nyaha. Waktu Ryuzaki mengobati luka kecil yang ada di tumbuh Aoi, atau saat ia mengobatinya waktu terjadi ledakan bom, benar-benar adegan yang menyentuh menurutku. Well, it’s simple but I love it. Intinya, kelihatan banget kalo Ryuzaki perhatian banget ama Aoi. Eits, jangan mikir yang aneh-aneh ampe ke jenjang BLGT gitu yak. Nih drama does not swing that way. Wkwkwk

Yang paling penting dari segalanya adalah endingnya. Meski dari awal sudah ditakdirkan bahwa Aoi harus membunuh Ryuzaki bila kekuatannya membuat dunia terguncang, tapi cara Aoi membunuh Ryuzaki ku rasa tidak sekejam dorama Maou. Aoi juga sempat beberapa kali merasa ragu meski Ryuzaki sudah menawarkan diri sendiri agar Aoi membunuhnya. Well, pada akhirnya Aoi juga menyayangi Ryuzaki dan ia tak ingin semuanya berakhir dengan adegan bunuh membunuh. Haha. Tapi tetap saja, saat Ryuzaki dan Aoi jatuh ke dam berdua, Aoi melepaskan kekuatannya dan ‘membunuh’ Ryuzaki.

Hah, akhir yang menyedihkan, seperti Maou yang berakhir tragis. Setidaknya begitu pemikiran awalku. Tapi untungnya, penulis skenario punya ending yang lebih baik bagi para penontonnya termasuk saya. Saat Aoi menggunakan kekuatannya pada Ryuzaki, yang ia bunuh bukanlah jiwa Ryuzaki melainkan kekuatan penyembuh yang dimilikinya. Aoi sendiri, semenjak ia ’membunuh’ Ryuzaki, ia tak lagi memiliki kekuatan pembunuh dalam dirinya. Pada akhirnya mereka bisa sampai pada impian mereka yang terdalam, yaitu menjadi manusia sepenuhnya dan menjalani kehidupan normal sebagaimana orang-orang pada umumnya. Di akhir kisah, di perlihatkan bahwa Ryuzaki sendiri juga masih hidup dan memang benar, kekuatan penyembuhnya telah hilang. Ryuzaki dan Aoi telah berjalan di jalan yang berbeda, tapi setidaknya mereka akan tetap terhubung atas ikatan yang sama. 

Well, di awal saat ku menonton dorama ini, sedikit banyak unsur yang ada mengingatkanku pada dorama Maou. Tapi overall aku senang dorama ini tidak berakhir tragis macam Maou. Dan kesimpulannya, aku tidak menyesal begadang malam kemarin buat ngenonton dorama ini. Nyaha. Tapi kalo disuruh kembali begadang dalam waktu dekat, hmm, nanti dulu lah! ^o^

Post a Comment

0 Comments