Hari ini Minggu, ane ada jadwal pergi ke bengkel Honda untuk melakukan service motor yang baru sebulan ku beli. Well, berhubung ane jarang pake tuh motor, maka jarak tempuh yang ada baru sekitar 500 kiloan, baru setengah dari target pemakaian 1000 Km. tapi berhubung sudah tanggal servicenya, yak bawa aja.
Ku pikir proses service akan memakan waktu yang lama, ternyata sebentar saja. Atau mungkin lebih tepatnya, aku tidak merasa karena disana diputarkan juga film untuk orang yang menunggu. Kebetulan tadi diputarkan film Jurrasic, dan kebetulan pula aku belum menonton. Kebetulan lagi tuh bagian film yang diputer pas lagi bagian seru-serunya, jadi enjoy aja menunggunya. Sayang, belum tamat tuh film ku tonton, dah selesai duluan motorku di service. Nyaha. Gak papa lah. Nanti ku coba donlot ato minta ke temen, siapa tahu ada.
Selesai service, aku tidak langsung pulang. Dari rumah aku sudah berniatan mau mampir dulu ke Museum Lambung Mngkurat. Sudah lama sekali aku tidak jalan-jalan ke sana, lebih dari lima tahunan kayaknya, jadi kepengen mampir dulu. Meski awalnya takut tuh museum bakal tutup, ternyata gak juga. Sedikit masih sepi, tapi tetap masih ada pengunjungnya.
Tarif masuk 2000 rupiah, sepertinya tijah berbeda dengan terakhir kali waktu aku berkunjung ke sana. Ngobrol sebentar dengan Pak Satpam, ternyata beliau dulunya merupakan alumni BLK. Ya asyik aja diajak ngobrol. Tapi kemudian beliau menanyakan pertanyaan menohok, "Sendirian aja? Gak sama temennya?" Jleb! Stab! Kepo banget nih orang. >_<
Aku Cuma menjawab senyum-senyum seadanya lalu ngeloyor ke museum. Sudah, tak usah dipikirkan. Fokus ke tujuan awal mau lihat-lihat museum. Aku masuk ke lantai bawah, ngeliat ruangan yang berisi benda-benda tempo dulu (ya eyalah isinya benda tempo dulu semua). Sebentar aja, aku naik ke lantai atas. Kebetulan saat itu Cuma aku sendirian pengunjung yang ada di lantai atas, jadi suasananya agak horror juga. Mana banyak patung manekin yang mengenakan pakaian banjar pula. Tapi aku mencoba kuat-kuatin diri. Karena biasanya semakin takut aku, semakin gerak pula gerakanku. Haha. Ku coba untuk mengelilingi ruangan, sampai kemudian aku melihat ruangan yang berisikan khusus sejarah Datu Kelampaian, Syekh Muhammad Arsyad Al-Banjary. Seneng aku ngeliatnya. Ada lukisan beliau, sama AL-Qur'an tulisan tangan beliau pula. Ah, proud to be Astambulian. XD
Aku kemudian turun ke lantai bawah untuk melihat ruangan-ruangan lain seperti ruangan iptek, ruangan kain, ruangan keramik, sama lukisan juga. Lukisan yang dipajang disana adalah lukisan karya Gusti Shalihin, seorang pelukis Banjar yang terkenal di masanya. Sayangnya, aku tidak begitu mengerti seni sebuah lukisan, jadi aku Cuma melihat lukisan-lukisan tersebut sambil lalu. Salah satu lukisan yang menarik bagiku ada, tapi bukan karena lukisannya, tapi lebih kepada lukisanjudulnya yang berjudul Musik.
Puas, keliling-keliling, kemudian kau mampir ke taman sebentar, namun balik lagi ke museum saat merasa ada yang ketinggalan. Sebenarnya, tujuanku mampir ke museum ini adalah untuk melihat meriam-meriam kuno. Bukan meriamnya pula yang ingin ku lihat, tapi susunan ruangannya yang indah. Aku ingat dulu kalau meriam itu dipajang di dalam kaca yang berupa cermin. Jadi kalo kau melongok ke kaca tersebut, maka akan mendapat kesan bahwa meriamnya ad abegitu banyak karena bayangannya dipantulkan oleh cermin dihadapannya sampai tak terhingga. Aku tidak melihat keberadaan cermin itu masih, karenanya ku putuskan untuk masuk sekali lagi.
Seorang petugas memberitahukan kepadaku keberadaan meriam itu. Tapi saat ku lihat, kondisinya sudah berbeda. Saat ku meminta konfirmasi kepada petugas tersebut, dijelaskanlah bahwa itu meriam yang sama, namun kacanya sudah dipindahkan. Hiks. Kaciwa dah. Aku kan pengen lihat refleksi diriku di dalam cermin itu. Nyahaha.
Aku kembali muter-muter di taman gak jelas. Melihat aku yang tampak "merana" sendirian itu, Pak Satpam kembali mendekatiku dan 'berbaik hati' menawarkan mau memotret diriku. Ya ampyun dah, ane kan pada dasarnya emang gak suka difoto dan gak ada niatan buat moto diri disini. Tapi demi menghargai kebaikan beliau, akhirnya ku ambillah satu foto, foto satu-satunya di museum yang menunjukkan tampang diriku. Wkwkwk
Kembali nongkrong di taman sebentar sambil mendengarkan satu dua buah lagu, baru akhirnya ku putuskan untuk pulang. Aku berpamitan pada Pak Satpam yang tengah menyiram taman, dengan perasaan pulang yang tidak seperti ku harapkan.
Niatannya ke museum mau menenangkan diri, kok perasaanku malah jadi gak enak gini? Ada apa gerangan? Ah, nanti di artikel selanjutnya ku ceritakan. ^_^
0 Comments