JSON Variables

Header Ads

Ditegur Kepala Sekolah, Sebuah Pelajaran Agar Lebih Menghargai Tempat Kerja

Semestinya, di hari Kami aku tidak pergi ke sekolah, karena aku memang tidak punya mata pelajaran yang diajar. Meski begitu, hari ini kami disuruh pergi ke sekolah semua karena mau membahas mengenai nasib class meeting yang akan kami adakan. Bahkan sebenarnya, aku sendirilah yang menyebarkan sms menyuruh hadir, atas titah ketua, sehingga mau tidak mau aku juga harus masuk. Tapi ku rasa itu tidak masalah. Karena kan dalam seminggu setidaknya aku tiga kali masuk. Karena hari Rabu kemarin libur, aku tidak masuk sekolah sehingga jatah absenku masih kurang satu. Jadilah aku menambalnya dengan pergi ke sekolah hari ini.

Berhubung hari ini aku memang tidak ada jadwal mengajar, maka aku menghabiskan waktu dengan nongkrong di perpustakaan, buat ngedonlot dan baca buku. Anak-anak yang datang ke perpustakaan tak sengaja ku perbolehkan mengutak-atik komputerku, sehingga hebohlah mereka membuka YouTube. Yeah, untungnya mereka masih membuka hal yang wajar-wajar aja, jadi tak masalah. Tapi berhubung aku juga kepengen ngedonlot, maka akhirnya tuh laptop ku sita kembali saat lonceng masuk berbunyi.

Meski judulnya mau rapat, tapi buktinya sampai istirahat kedua kami masih belum rapat-rapat juga. Ketua bilang, Pak Kepsek lagi pergi, dan nanti setelah beliau datang, baru deh kami rapat. Btw, tadi pagi si Ketua udah rapat duluan ama Kepsek, mendengar ceritanya sih rada seram. Beliau tanya ke Ketua kenapa kami banyak yang tidak masuk, kemana aja mahasiswanya, pada sibuk ngapain. Aku jadi seram sendiri mendengarnya, apalagi si Ketua menceritakannya dengan nada menakut-nakuti begitu. >_<

Setelah istirahat kedua usai, Kepsek akhirnya datang. Tanpa berlama-lama, kami segera dipanggil ke ruangan beliau. Agak takut-takut untuk masuk, tapi sebenarnya Pak Kepsek ramah aja menyambut kami. Kami yang hadir di rapat itu cuma bertujuh. Lima orang tengah mengajar, sedang dua lagu sudah pulang. Dan ternyata, apa yang tadi dikatakan Ketua ada benarnya juga. Pak Kepsek kembali menekankan kepada kami pentingnya berhadir ke sekolah, meski tak ada jam mengajar sekalipun. Katanya ini demi nilai kami juga, mau dapat nilai baik atau tidak. Katanya pula, tahun kemarin sekolah ini diprotes gara-gara ngasih nilai ke mahasiswa PPL A+ semua. Karenanya sekarang, Pak Kepsek ingin memberikan nilai dengan lebih ‘adil’. Bila ingin dapat nilai baik, rajin-rajinlah datang ke sekolah. Hari Senin ini juga, semua harus ikut upacara bendera, jangan ada yang tidak masuk. Terserah setelah itu, bila memang ada kuliah, maka diperkenankan untuk pulang. Tapi kalau memang tidak ada kesibukan, bertahan aja di sekolah. Setidaknya, untuk waktu dua minggu kurang yang kami miliki sekarang, berhadirlah terus ke sekolah, jangan ada tidak masuk bila bisa. Dan pesan pak Kepsek juga, jangan pulang duluan, pulanglah bersama-sama saat jam lonceng pulang baru berbunyi. Pada dasarnya, Pak Kepsek menerapkan aturan itu tidak hanya pada kami, tapi juga pada semua guru yang mengajar di sekolah ini. bahkan bila ada guru yang pengen izin keluar, harus izin ke Bapak dulu. Dengan kata lain, semuanya diperlakukan sama, aturan berlaku untuk semua.

Kami semua manggut-manggut mendengarkan, merasa sedikit bersalah. Tidak ada seorang pun yang mencoba mencari alasan. Aku pun cuma bisa terdiam, sadar diri kalau aku juga sering banget tidak masuk padahal aku tidak punya kerjaan apa-apa di rumah. Aku berpikirnya kan simple aja, selama udah terpenuhi taget minimal tiga kali masuk, maka itu sudah cukup. Sebagian teman-temanku yang lain juga berpikiran begitu, sehingga jadilah suasana sekolah memang tidak ‘sehijau’ saat kami masih baru-baru PPL. Dalam sehari, kadang ada yang cuma bertiga, berempat mahasiswa PPL yang datang. Itu pun masih ada yang mau pulang duluan. Kalau ditanya ama guru disini, mana temanmu yang lain, kadang berasa malu juga. Cuma bisa beralasan bohong kalau mereka mungkin ada kelas, atau jawaban lebih jujur, mereka tidak ada jam belajar hari ini. Tapi tetap saja, kami merasa terlalu dimanjakan oleh lingkungan sekolah. Padahal kan kalau dipikir, ini sudah masuk lingkung dunia kerja, jadi ya harus serius dijalaninya.

Ah, bicara masalah kerja, jadi gini ya rasanya berada di lingkungan kerja dalam konteks sekolah. Berhubung bagi guru itu, yang namanya kerja adalah mengajar, maka waktu ketika tidak ada kelas mengajar ya diisi dengan nyantai alias nganggur. Kalau dipikir, dan saat mengalaminya sendiri, ku rasa aku kurang menyukai suasana kerja seperti itu. Kalau bisa, di lingkungan kerja ya kerja, nyantai ya dirumah. Dengan begitu, aku merasa keberadaanku di kantor menjadi lebih berarti. Haha. Itu baru sebatas ideal sih. Nanti kalo udah menjalani dan dapat bagian kerja melulu, pasti bakal ngomong kalau aku juga kepengen punya waktu santai. Wkwk.

Apapun itu, teguran yang diberikan Kepala Sekolah telah membuat kami mulai sadar diri. Kami mulai mengingatkan sesama bahwa kalau bisa, besok dan seterusnya, hingga hari akhir PPL, kami masuk semua. Di saat-saat akhir saja, coba berikan kesan yang bagus. Kami semua setuju, sambil berjanji untuk memperbanyak menghabiskan waktu kami di hari-hari terakhir di sekolah ini ini.

Btw, awalnya kami semua pikir kalau yang akan kami rapatkan dengan kepala sekolah itu nasib class meeting yang akan kami adakan. Ternyata gak ada sangkut pautnya sama sekali. Meski begitu, saat lonceng pulang berbunyi, kamu semua memutuskan untuk berembuk memikirkan lomba-lomba apa saja yang diadakan, siapa saja koordinatornya, kapan pelaksanaannya, apa saja hadianya, berapa kami harus patungan uang, dan sebagainya. Ah, akhirnya masuk juga ke inti acara. Walau rapatnya masih belum selesai, setidaknya kami sudah dapat bayangan kira-kira bagaimana bentuk pelaksanaannya kelak. Yosh.

Maafkan masa lalu, songsong masa depan dengan lebih baik! ^0^

Post a Comment

0 Comments