JSON Variables

Header Ads

Balada Supir Taksi, Kebaikan Tanpa Pamrih

Kemarin aku pulang. Seperti biasa, kembali menggunakan alat transportasi favoritku: angkot. Dari kampusku, aku menaiki sebuah angkot jurusan Gambut yang ternyata sudah duluan ada di depanku sehingga ku tak perlu menunggu belama-lama. Aku berhenti di pinggiran jalan sekitar Pal 6, di depan sebuah taksian Martapura (kami menyebutnya taksi, tapi kalo di Jakarta itu dibilang angkot). Ku pikir akan lama menunggu sebelum taksi itu penuh. Ternyata sewaktu aku turun, supir taksi segera menyuruhku masuk agar mobilnya bisa segera berangkat. Aku bertanya memastikan, ‘Beneran nih langsung berangkat.’ Ternyata memang iya, saat ku sadari di dalam taksi itu sudah ada tujuh orang yang telah menunggu. Aku penumpang ke delapan, dan taksi segera meluncur mulus segera saat aku masuk. Alhamdulillah, tak perlu menunggu dalam waktu lama.
Setelah hampir sepertiga perjalanan, taksi berhenti. Ada tiga orang pelajar, satu cowok dan dua cewek, dari MAN 1 Gambut yang ingin naik taksi tersebut. Setelah bergelut ‘melawan’ koper besar yang menghalangi jalan, akhirnya mereka bertiga bisa masuk dan duduk tenang di jok mobil. Taksi pun kembali berjalan.
Setelah melewati bandara, jalan terus ke sana, salah satu cewek meminta sang supir untuk berhenti. Supir mengangguk mengerti, dan mobil itu pun dihentikan. Aku memperhatikan sebelah kananku, tempat dimana gadis itu meminta singgah. Sebuah panti asuhan. Aku lupa nama tepatnya, tapi itu sebuah panti asuhan besar yang memang sering ku lihat kalau pulang ke martapura. Hmm...
Gadis itu turun, temen gadisnya juga. Si cowok juga turun. Dengan begitu ku simpulkan mereka bertiga tinggal di panti ini. Saat seorang cewek ingin membayar ongkos taksi, si supir menolak halus, “Tidak usah.” Begitu pun saat si murid cowok pengen bayar, si supir cuma tersenyum sambil menggelengkan kepala, “Tidak usah.”
Mobil kembali melaju dengan kecepatan sedang.
Aku tertegun.
Pemandangan yang luar biasa.
Sumber: http://lists10.com
Jujur, di zaman dimana materi sudah begitu sering dipertuhankan, ku kira tak ada lagi orang yang peduli dengan keadaan anak-anak yatim di sekitar kita. Tapi saat melihat gambaran kejadian yang berada tepat di hadapanku, aku jadi tersadar bahwa sebenarnya masih banyak orang-orang baik disekitar kita. Dalam contoh yang ku alami, dialah si supir taksi.
Penampilan beliau sederhana, mobil yang dikemudikannya juga sudah butut. Tapi beliau, tanpa pikir panjang, saat sadar ketiga anak sekolahan itu singgah di depan panti asuhan, segera ‘menggratiskan’ mereka semua. Ya, beliau langsung menarik kesimpulan bahwa mereka bertiga adalah anak panti asuhan dan meminta hormat agar mereka tak perlu bayar. Si supir tidak sama sekali memikirkan konsekuensi lain, seperti misalnya ketiga anak sekolahan itu memiliki rumah di sekitar panti dan mungkin anak orang biasa seperti kita. Tidak, tidak sama sekali. Dengan ringan beliau menggelengkan kepala dan setelah ketiga anak itu turun, kembali memacu mobilnya. Tanpa bicara apapun.
Sungguh pelajaran berharga yang ku dapat dari sebuah taksi sederhana yang ku tumpangi. Ku harap ada lebih banyak orang baik di dunia ini.
Seperti sang supir taksi.

Post a Comment

0 Comments